Kebiasaan Orang-Orang Saleh dalam Berdoa dan Berdzikir
*Kebiasaan orang-orang saleh adalah senantiasa mengingat Allah dalam kondisi lapang*
Di antara nasihat indah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan adalah,
*ุชَุนَุฑَّْู ุฅَِูู ุงِููู ِูู ุงูุฑَّุฎَุงุกِ َูุนْุฑَِْูู ِูู ุงูุดِّุฏَّุฉِ*
*“Kenalilah Allah di saat senang (lapang), niscaya Allah akan mengenalmu di saat susah.”* (HR. Tirmidzi no. 2516; Ahmad, 1: 293; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 14: 408. Syekh Syu’aib Al-Arnauth dalam tahqiq beliau terhadap Musnad Imam Ahmad menyatakan bahwa sanad hadis ini kuat)
Di antara kebiasaan orang-orang saleh adalah di saat mereka *mendapatkan kelapangan hidup, mereka akan semakin mendekatkan diri kepada Allah*. Mereka gunakan kesempatan tersebut agar bisa lebih dekat kepada Allah. Dan sebaliknya, di antara *ciri-ciri orang yang tidak baik adalah mereka hanya mengenal Allah ketika dalam kondisi sulit (susah).*
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyinggung *orang-orang musyrikin* yang baru mengingat Allah dalam kondisi sulit. Allah Ta’ala befirman,
*َูุฅِุฐَุง ู َุณَُّูู ُ ุงูุถُّุฑُّ ِูู ุงْูุจَุญْุฑِ ุถََّู ู َْู ุชَุฏْุนَُูู ุฅَِّูุง ุฅَِّูุงُู ََููู َّุง َูุฌَّุงُูู ْ ุฅَِูู ุงْูุจَุฑِّ ุฃَุนْุฑَุถْุชُู ْ ََููุงَู ุงْูุฅِْูุณَุงُู َُูููุฑًุง*
*“Dan apabila kamu (orang-orang musyrik) ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia (Allah). Maka ketika dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu selalu tidak berterima kasih.*” (QS. Al-Isra’: 67)
Allah Ta’ala berfirman,
*َูุฅِุฐَุง ุฑَِูุจُูุง ِูู ุงُِْْูููู ุฏَุนَُูุง ุงََّููู ู ُุฎِْูุตَِูู َُูู ุงูุฏَِّูู ََููู َّุง َูุฌَّุงُูู ْ ุฅَِูู ุงْูุจَุฑِّ ุฅِุฐَุง ُูู ْ ُูุดْุฑَُِููู*
*“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Namun ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).”* (QS. Al-‘Ankabut: 65)
Di dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
*َูุฅِุฐَุง ู َุณَّ ุงْูุฅِْูุณَุงَู ุถُุฑٌّ ุฏَุนَุง ุฑَุจَُّู ู ُِููุจًุง ุฅَِِْููู ุซُู َّ ุฅِุฐَุง ุฎَََُّููู ِูุนْู َุฉً ู ُِْูู َูุณَِู ู َุง َูุงَู َูุฏْุนُู ุฅَِِْููู ู ِْู َูุจُْู*
*“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudaratan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya. Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya, lupalah dia akan kemudaratan yang dia pernah berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu.”* (QS. Az-Zumar: 8)
*Inilah sifat orang-orang yang buruk,* yang tidak mengenal Allah kecuali dalam kondisi susah saja.
Adapun orang-orang yang *beriman,* mereka menggunakan kesempatan ketika dalam kondisi lapang untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, *“mencari muka”* di hadapan Allah Ta’ala.
Kita bisa melihat *Nabi Daud ‘alaihis salam, nabi pertama yang sekaligus seorang raja*, memiliki kekuasaan yang sangat luas. Meskipun demikian, beliau adalah seorang yang sangat rajin beribadah. Sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
*ุฃَุญَุจُّ ุงูุตَّูุงุฉِ ุฅَِูู ุงِููู ุตَูุงุฉُ ุฏَุงُูุฏَ ، َูุฃุญَุจُّ ุงูุตَِّูุงู ِ ุฅَِูู ุงِููู ุตَِูุงู ُ ุฏَุงُูุฏَ ، َูุงَู ََููุงู ُ ِูุตَْู ุงَِّูููู ََُููููู ُ ุซُُูุซَُู َََูููุงู ُ ุณُุฏُุณَُู ََููุตُูู ُ َููู ุงً َُْูููุทِุฑُ َْููู ุงً*
*“Salat yang paling dicintai Allah adalah salat Daud. Dan puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud. Daud tidur separuh malam dan bangun pada sepertiganya, dan tidur lagi seperenamnya. Ia juga puasa sehari dan berbuka sehari.”*(HR. Bukhari no. 1131 dan Muslim no. 189)
Lihatlah, beliau *seorang raja, namun tetap rajin salat malam dan berpuasa*. Kekayaan, kemegahan, dan kekuasaan tidaklah membuat beliau lalai dari beribadah dan mengingat Allah Ta’ala. Justru ketika seseorang *semakin banyak diberikan kenikmatan, dia semakin memperbanyak amal saleh*. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Sulaiman ‘alaihis salam,
*ุงุนْู َُููุง ุขَู ุฏَุงُููุฏَ ุดُْูุฑุงً ٌََِููููู ู ِّْู ุนِุจَุงุฏَِู ุงูุดَُّููุฑُ*
*“Beramal salehlah wahai keluarga Daud (yaitu Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, yang telah diberikan kekuasaan setelah ayahnya, pent.), sebagai bentuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.”*(QS. Saba’: 13)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,
*ุงِุบْุชَِูู ْ ุฎَู ْุณًุง َูุจَْู ุฎَู ْุณٍ : ุดَุจَุงุจََู َูุจَْู َูุฑَู َِู َู ุตِุญَّุชََู َูุจَْู ุณََูู َِู َู ุบَِูุงَู َูุจَْู َْููุฑَِู َู َูุฑَุงุบََู َูุจَْู ุดَุบَِْูู َู ุญََูุงุชََู َูุจَْู ู َْูุชَِู*
*"Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara:*
*(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,*
*(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,*
*(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,*
*(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,*
*(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”* (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 4: 341. Syekh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib mengatakan bahwa hadis ini sahih.)
Oleh karena itu, ketika pintu kebaikan sedang dibukakan untuk kita, segeralah masuk ke dalam kebaikan tersebut. Karena kita tidak tahu, kapan pintu kebaikan itu ditutup kembali.
Ustadz M Saifudin Hakim
Baarakallahu fiikum
Komentar
Posting Komentar